Evaluasi dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu
objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak
ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fungsi utama
evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi
yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Untuk
memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui
kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau
angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan
tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran
(measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar
dalam kegiatan evaluasi.
Penilaian
pekerjaan berfungsi sebagai alat yang berguna untuk mengevaluasi kerja dari
karyawan, dan memotivasi karyawan. Sehingga kita dapat mengetahui sejauh
manadan sebaik apa kinerja dari karyawan itu. Dengan keberadaan motivasipun
dapat memicu karyawan untuk mengembangkan kemampuan pribadi yang ia miliki
(skill) dan kemampuan lain yang sebenarnya dapat ia pelajari.
Selain itu,
penilaian pekerjaan juga bisa menjadi alat untuk menverifikasi bahwa individu
memenuhi standar kinerja yang telah ditetapkan. Sebab dalam penilaian ini,
tidak hanya kemampuan pribadi saja yang dinilai, namun sikap dari karyawan itu
pun menjadi salah satu bahan pertimbangan.
Penilaian kerja
lebih menitik beratkan pada seberapa
baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskan padanya. Sikap serius dan
tanggung jawab akan tugas lah yang menjadi objek penilaiannya.
Sementara
evaluasi pekerjaan lebih kearah menentukan
seberapa tinggi harga sebuah pekerjaan bagi organisasi ( ke arah kisaran gaji).
Atau evaluasi
pekerjaan adalah perbandingan pekerjaan-pekerjaan yang
diklasifikasikan guna menentukan kompensasi yang pantas bagi
pekerjaan-pekerjaan tersebut, atau berbagai prosedur sistimatik untuk
menentukan nilai relatif pekerjaan beserta besarnya kompensasi masing-masing.
Ada beberapa dasar
perilaku yang terkandung dalam penilaian kerja yaitu bagaimana karyawan mampu menyelesaikan
tugas yang terandalkan. Tanggung jawab atau tidaknya dan serius atau tidaknya
karyawan itu melaksanakan pekerjaan itu. Lalu perilaku-perilaku inovatif dan
spontan. Dimana karyawan itu bisa memberikan inovasi yang berguna bagi kemajuan
perusahaan. Selain itu memiliki sikap spontan, misalnya ia mampu bekerja sama
dengan sesame rekan karyawan, memiliki tindakan protektif, mampu melahirkan gagasan
konstruktif, pelatihan diri, dan sikap-sikap lain yang menguntungkan, baik
untuk dirinya sendiri dan perusahaan.
Penilaian
tersebut didapat dari beberapa sumber data. Data tersebut yaitu data produksi
(langsung/tak langsung). Dilihat seberapa banyak hasil produksi yang dihasilkan
memenuhi target atau tidak. Lalu data personalia, yang mencakup ketidakhadiran,
keterlambatan, masa kerja, lamanya pelatihan, dan kejadian lainnya. Selain itu
ada juga pertimbangan lainnya, misalnya hambatan politis (kejadian yang umum
terjadi dalam organisasi) dan hambatan antar pribadi (antar karyawan).
Penilaian kerja
ini tidak hanya semata-mata untuk melihat kemampuan dan besar gajai karyawan
saja, namun memiliki dampak pula terhadap organisasi. Dampak penilaian kerja
bagi organisasi diantaranya untuk membantu keputusan kompensasi dan umpan balik
atas kinerja dari pada karyawan dan untuk memasok data yang berfaedah bagi
keberhasilan aktivitas lain (rekrutmen, seleksi , pelatihan).
Suatu tindakan pasti
terjadi karena dilatar belakangi oleh suatu hal, begitu pula dengan penilaian
kinerja, memiliki tujuan. Tujuan dari penilaian kerja terbagi menjadi 2, yaitu
tujuan pokok dan tujuan khusus. Tujuan pokoknya yaitu untuk menghasilkan
informasi yang akurat dan sah tentang perilaku dan kinerja anggota organisasi. Sedangkan
tujuan khususnya yaitu sebagai bahan evaluasi dan sebagai bahan pengembangan.
Bahan pengembangan ini mencakup perencanaan karir dan pemantauan kinerja yang
berkelanjutan. Kombinasi dari evaluasi dan bahan pengembangan ini diharapkan
dapat menghasilkan basis bagi keputusan personalia (promosi, transfer, phk) dan
untuk meningkatkan pemberdayaan SDM.
Menurut sumber
lain menyatakan bahwa tujuan dari evaluasi pekerjaan adalah untuk menilai ulang semua hasil
pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan standarisasi pekerjaan tersebut,
sehingga dapat ditentukan kompensasi yang akan diberikan nantinya, untuk
menentukan jenis pekerjaan dan karakter pekerjaan terhadap para pekerja yang
akan ditempatkan, dan untuk merancang besaran anggaran atas kompensasi yang
akan dikeluarkan, baik untuk jenis pekerjaan tertentu atau penggajian dari
semua lini struktur organisasi tersebut.
Sembilan Kriteria faktor penilaian karya pegawai,
yaitu berupa :
a. Reliable,
measure atau harus mengukur perilaku kerja dan hasilnya secara obyektif.
b. Content
valid atau secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja.
c. Defined
specific atau meliputi segenap perilaku kerja dan hasil kerja yang dapat diidentifikasikan.
d. Independent
atau perilaku kerja dan hasil kerja yang penting harus tercakup dalam kriteria
yang komprehensif.
e. Non-overlaping
atau tidak ada tumpang tindih antar Kriteria.
f. Comprehensive
atau perilaku kerja dan hasil kerja yang tidak penting harus dikeluarkan.
g.
Accessible atau kriteria haruslah dijabarkan dan diberi
nama secara komprehensif.
h.
Compatible atau kriteria harus sesuai dengan tujuan dan
budaya organisasi.
i.
Up to date atau sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau
ulang menilik kemungkinan adanya perubahan organisasi.
Dalam penilaian
pekerjaan ini tidak selamanya berjalan dengan lancer, terkadang harus
dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang pelik. Masalah-masalah yang biasa
terjadi diantaranya yaitu Bias supervisor, yang berasal dari pribadi (usia, gender,
ras, senioritas, hubungan dekat). Lalu Halo Effect, satu aspek penilaian yang
mampu mempengaruhi aspek lainnya. Selanjutnya adalah Central tendency, yaitu mengevaluasi
setiap orang secara rata-rata dan menilai kurangnya seseorang menguasai
pekerjaan tersebut. Pengaruh organisasi dan terakhir standar evaluasi yang
tidak jelas.
Format penilaian
yang biasanya dilakukan yaitu biasa dimulai dengan siapa yang melakukan
penilaian tersebut, kapan penilaian itu dilakukan dan instrument apa yang akan
digunakan.
Orang-orang yang
memiliki kuasa untuk enilai kinerja dari pada karyawan itu adalah supervisor
langsung , supervisor yang lebih tinggi, rekan sejawat , bawahan, pelanggan
yang dilayani, penilaian menyeluruh. dengan kata lain penilaian kinerja itu
dilakukan oleh semua lini bahkan oleh pelanggan.
Frekuensi
penilaian dari penilaian kinerja ini yaitu penilaian disesuaikan dengan siklus
balas jasa, penilaian didasarkan pada siklus tugas, penilaian berdasarkan pada
tingkat jabatan pekerjaan, dan pengaturan waktu yang bergiliran.
Dalam
pelaksanaan penilaian pekerjaan ini terdiri dari banyak metode. Metode-metode
tersebut dapat berbentuk daftar pertanyaan, daftar pertanyaan tertimbang, skala
penilaian grafis, skala penilaian non grafis, skala standar terbaur, critical
incidents, behaviorally anchored rating scales, behavioral observation scales,
essay.
Formulir daftar
pertanyaan biasanya hanya diisi dengan menjawab “YA” atau “TIDAK” pada setiap
pertanyaan. Contoh pertanyaannya yaitu Minta bantuan pada saat menghadapi
masalah, Mengakui kontribusi pihak lain dalam berproduksi, Membina hubungan
baik dengan rekan kerja, Mengambil inisiatif, dan Memenuhi batas waktu.
Sementara daftar
pertanyaan tertimbang, dari setiap pertanyaan yang diajukan itu memiliki nilai
untuk point-point seperti diminta saran oleh orang lain, mengikuti arahan
dengan baik, tidak bekerja dengan baik, bekerja dengan baik, sering melewati
batas waktu, menerapkan solusi yang tepat.
Untuk skala
penilaian grafis, yaitu dengan menggunakan garis yang sudah diberi
nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut
tersebut terdiri dari nilai terburuk hingga nilai terbaik.
Sedangkan skala
penilaian non-grafis, secara umum memiliki kesamaan dengan skala penilaian
grafis, bedanya penilaian ini tidak menggunakan garis sebagai patokannya. Ada 3
point yang dinilai oleh metode ini. Pertama yaitu Akurasi dari seorang karyawan
itu, yang didalamnya mencakup biasa akurat, sering melakukan kesalahan, membutuhkan
supervisi minimal, membutuhkan sedikit supervise, ceroboh, dan sering salah.
Kedua yaitu menilai kecekatannya, yang teridiri atas membutuhkan penjelasan
lebih dari rata-rata, sulit mengerti, sangat cekatan dan tajam, menangkap
instruksi dengan kemampuan rata-rata, dan Biasanya cepat memahami dan belajar.
Dan ketiga yaitu menilai kreatifitasnya, yang terdiri atas luar biasa
imajinatif, imajinasi rata-rata, sangat imajinatif, tidak imajinatif, dan kadang-kadang
muncul ide baru.
Skala berbaur
yang dimuatnya adalah sebagai berikut :
1.
1(R) Karyawan cukup efisien, dapat
merampungkan tugas dalam waktu yang logis
2.
1(B)
karyawan gesit dan efisien, mematuhi jadwal dan mampu menyelesaikan tugas baru.
3.
1(J)
Beberapa tidak efisien, membutuhkan terlalu banyak waktu untuk merampung
tugasnya
Metode critical
incidents yaitu dengan menggunakan table yang memuat 3 perilaku, yaitu baik,
rata-rata, dan jelek. Penilaian tersebut diakhiri dengan jumlah skor dari
keseluruhan nilai yang dicapai.
Behaviorally
Anchored Rating Scales (BARS) menggunakan standar keprilakuan yang merupakan
deskripsi rinci dari perilaku yang telah diamati.
Sekian banyak
metode evaluasi pekerjaan tidak akan berjalan efektif tanpa dibantu dengan
penilaian kerja perbandingan. Metode penilaian kerja perbandingan yaitu dengan
cara meranking, forced distribution, dan paired comparison.
Meranking maksudnya membuat penentuan urutan
dari karyawan2 yang ada. Ranking ini berdasarkan criteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Misalnya merangking siapa saja karyawan yang berprestasi. Ranking
ini tak beda dengan cara merangking d sekolah, namun tidak memakai buku/rapot
sebagai hasil catatannya. Rangkin tersebut dinilai langsung dari hasil
kerjanya.
Lalu forced
distribution yaitu dimana evaluator menempatkan suatu persentase tertentu dari
karyawan terhadap kinerja keseluruhan. Dalam hal ini dibuat catatan berupa
table, yang dimana telah diisikan berbagai kriteria. Misalnya kehadiran, jika
diibaratkan dalam 1 bulan itu kehadiran harus full, berarti ia hadir 100%. Jika
kurang dari itu maka jumlah presentasi kehadirannya pun akan berkurang.
Selanjutnya
point allocation method, yaitu evaluator mengalokasikan jumlah poin di antara
karyawan dalam kelompoknya. Setiap individu dinilai akan kinerjanya, ia akan
mendapat poin dari pekerjaannya itu. Nilainya akan diakumulasikan dengan kawan
satu kelompok kerjanya. Hingga pada akhirnya dicapailah nilai akumulasi
beberapa orang itu. Dan nilai akhirnya tak lagi menjadi nilai individu, namun
jadi penilaian kelompok.
Dan terakhir yaitu dengan paired comparison,
dengan membandingkan 2 karyawan dari suatu kelompok perbandingan. Biasanya
dilakukan dengan membuat daftar nama-nama karyawan dalam satu kelompok, setelah
itu nilai-nilai individu dimasukan secara detail. Dari situ akan terlihat,
nilai siapa yang paling besar dan nilai siapa yang paling kecil.
Penilaian dan
evaluasi ini sebenarnya tidak terikat untuk jangka pendek saja, melainkan bisa
digunakan untuk penilaian terhadap masa yang akan datang. Metode penilaian
orientasi masa depan terdiri atas penilaian akan diri sendiri untuk
pengembangan diri lebih lanjut, management by Objective dan Objectives Indices.
Penilaian akan
diri sendiri untuk pengembangan diri lebih lanjut, maksudnya bahwa evaluasi ini
tidak hanya untuk kenaikan pangkat saja(bagi karyawan) atau untuk menaikan
tingkat produksi saja. Namun evaluasi ini akan lebih bermakna jika evaluasi ini
dijadikan cerminan agar apa yang kita lakukan kedepannya lebih baik dari pada
sebelumnya. Untuk kekurangannya bisa diperbaiki, dan untuk kelebihannya bisa
ditingkatkan.
Management by
Objective yaitu sebuah proses yang mengkonversikan tujuan organisasi dan sasaran individu. Dan
Objectives Indices adalah Indeks sasaran (laba, penjualan) dijadikan sebagai basis evaluasi kinerja.
Seluruh penilaian-penilaian
tersebut ternyata memiliki aspek-aspek yang perlu diperhatikan. Aspek-aspek
tersebut menentukan penilaian tersebut baik atau tidaknya. Karakteristik
penilaian yang baik adalah:
1. Kriterianya
yang berkaitan dengan pekerjaan. Misal kriteria kerjannya yaitu akurasi dalam
menjalankan pekerjaan. Jelas hal tersebut berkaitan dnegan apa yang ia
kerjakan.
2. Adanya
pengharapan kinerja. Jadi dari penilaian tersebut harus menimbulkan harapan,
misalnya harapan agar dari evaluasi ini kerja dari pada karyawan semakin baik.
3. Fokus
pada perilaku yang terobsesi. Dimana penilaian kita harus terfokus pada satu
tujuan, yaitu untuk memajukan perusahaan tersebut. Jangan dulu mempersoalkan
permasalahan yang sekiranya tidak terlalu penting dan berguna.
4. Memiliki
sensitivitas. Maksudnya seorang penilai harus peka dengan apa yang akan dan
dinilainya. Jangan terpaku dengan teori, karena dalam bisnis lingkungan
pekerjaan juga memiliki andil dalam kemajuan suatu perusahaan.
5. Memiliki
standarisasi. Apa yang dinilai harus
memiliki standar, tidak menilai secara seenaknya. Jika dinilai dengan seenaknya
maka keberlangsungan perusahaan pun tidak akan optimal.
6. Adanya
sokongan manajemen dan karyawan. Suatu penilaian juga membutuhkan dukungan
manajemen dan dukungan dari karyawan. Karena tanpa adanya partisipasi yang
mendukung, penilaian ini tidak akan berjalan dengan baik. Dan dampaknya tetap
akan pada kemajuan pada kemajuan perusahaan itu sendiri.
7. Keandalan
dan validitas.
8. Memiliki
penilai yang berbobot. Penilaian tersebut tidak hanya sekedar angka-angka saja,
namun penilaian ini harus bisa dibuktikan. Jadi jika nilai seseorang karyawan
tersebut baik, harus didukung oleh skillnya. Dan pengujiannya pun bukan
pengujian yang tidak bermutu.
9. Adanya
komunikasi yang terbuka. Suatu perusahaan harus memiliki keterbukaan dengan
karyawannya, sehingga akan tercipta budaya perusahaan yang jujur. Hal
tersebutpun jelas harus di tetapkan didalam kegiatan evaluasi ini.
10. Adanya
akses karyawan terhadap hasil penilaian. Tujuannya agar tidak ada mnipulasi
akan penilaian tersebut. Selain itu agar bisa dijadikan acuan bagi karyawan
tersebut. Sehingga ia bisa meningkatkan mutu dan kualitas kerjanya.
11. Memiliki
unsure kepraktisan. Penilaian ini memang
harus akurat dan detail, namuan tidak berarti penilaian tersebut harus
bertele-tele. Justru harus praktis namun tetap detail agar mampu dipahami oleh
orang yang membacanya.
12. Adanya
formulir penilaian. Formulir ini digunakan sebagai bukti otentik atas hasil
penilaian tersebut, selain itu gunanya untuk mempermudah mengingat. Karena
apabila hanya diingat, tidak akan bertahan lama.
Sementara
karakteristik sistem penilaian yang kurang baik atau bahkan buruk yaitu sebagai
berikut :
1. Sistem yang ditetapkannya buruk. Sistem yang
bururk ini bisa disebabkan karena kurangnya kordinasi antar pihak penilai itu
sendiri. Atau bisa jadi ada kekeliruan dari sejak awal pembuatan planingnya.
Sehingga merembet pada kegiatan yang lainnya.
2. Sistem dikomunikasikan secara buruk. Contohnya
yaitu cara berkomunikasi saat penilaian itu sendiri. Cara berkomunikasi yang
kurang tepat ataupun cara berbahasa yang kurang baik diterima oleh orang lain.
3. Sistem
yang tidak tepat
4. Sistem
yang tidak didukung
5. sistem
yang tidak terpantau.
Hal-ha tersebut
bisa menyebabkan penialaian akurat atau kurang akurat. Apabila evaluasi dan
penilaian ini tidak akurat otomatis akan mengganggu pada perencanaan
selanjutnya. Namun sebaliknya saat penilaian itu baik, maka akan mempengaruhi
akan apa yang telah dinilai. Diharapkan apa yang telah di evalusi tersebut bisa
jadi lebih baik. Sehingga tujuan organisasi yang akan ingin dicapai tersebut
bisa terlaksana.
Sebab hasil evaluasi ini akan digunakan
sebagai bahan dasar bagi organisasi untuk membuat suatu perencaan yang tujukan
untuk masa yang akan datang.
mohon izin copy ya untuk tugas kulya
BalasHapus